Sabtu, 24 April 2010

PERUBAHAN SOSIAL

A. Definisi
Para sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial.
• William F. Ogburn berusaha memberikan sesuatu pengertian tertentu, walaupun tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
• Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
• Maclver perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
• Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi mapun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
• Selo Soemardjan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

B. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan kondii-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Sementara itu, perubahan-perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat lazimnya dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang sangat cepat, perubahan tersebut mengenai dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa rencana.
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan-perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris, misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang diperkirakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau kelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlngsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidk diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki.

C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial
Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
1. Bertambah atau Berkurangnya Penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyrakatan.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan.
2. Penemuan-penemuan Baru
Suatu proses sosial yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau innovation. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan invention.
3. Pertentangan (Conflict) Masyarakat
Pertentangan masyarakat mungkin pula menjadi sebab terjadinya perubhan sosial. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok dengan kelompok.
4. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Revolusi yang meletus pada Oktober 1917 di Rusia telah menyulut perubahan-perubahan besar Negara Rusia yang mula-mula memppunyai bentuk kerajaan absolut berubah menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari ebntuk negara sampai keluarga batih, mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.

Suatu perubahan sosial dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
a. Sebab-sebab yang Berasal dari Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
Sebab yang bersumber pada lingkunagn alam fisik kadang-kadang ditimbulkan oleh tindakan para warga masyarakat itu sendiri.
b. Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada negara yang kalah.
c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, itu mugkin terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya.

D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jalannya Proses Perubahan
Di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1. kontak dengan kebudayaan lain
2. sistem pendidikan yang maju
3. sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
4. toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang
5. sistem lapisan masyarakat yang terbuka
6. penduduk yang heterogen
7. ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
8. orientasi ke muka
9. nilai meningkatkan taraf hidup

Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan.
1. kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain
2. perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
3. sikap masyarakat yang tradisionalistis
4. adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interest
5. rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
6. prasangka terhadap hal-hal yang baru
7. hambatan ideologis
8. kebiasaan
9. nilai pasrah

STRUKTUR SOSIAL

A. Pengertian Pelapisan Sosial
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban, dan tanggung jawab nilai-nilai sosial pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada, sekalipun dalam masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, golongan buangan/budak dan bukan buangan/budak, pembagian kerja, dan bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan kekayaan. Semakin rumit dan semakin maju teknologi sesuatu masyarakat, semakin kompleks pula sistem lapisan masyarakat.
Pada masyarakat-masyarakat yang kecil serta bersahaja, biasanya pembedaan kedudukan dan peranan bersifat minim karena warganya sedikit dan orang-orang yang dianggap tinggi kedudukannya juga tak banyak, baik macam maupun jumlahnya. Di dalam masyarakat yang sudah kompleks, pembedaan kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks karena banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat diterapkan terhadapnya.

B. Lapisan Masyarakat

Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala sekolah, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang di pakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat. Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandain berburu. Sementara itu, pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, kerabat pembuka tanah (yang dianggap asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tanah.
Secara teoretis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
Ada pula sistem lapisan yang dengan sengaja disusun untuk mengajar suatu tujuan bersama. Hal itu biasanya berkaitan dengan pembagian kekusaan dan wewenang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata atau perkumpulan. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sistem lapisan. Unsur tersebut mempunyai sifat yang lain dari uang, tanah, benda-benda ekonomis, ilmu pengetahuan atau kehormatan. Uang, tanah, dan sebagainya dapat terbagi secara bebas di antara para anggota suatu masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat itu.

Dasar Lapisan Masyarakat
Di antara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya ralatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dhargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1. ukuran kekayaan (materiil)
2. ukuran kekuasaan
3. ukuran kehormatan
4. ukuran ilmu pengetahuan

Unsur-unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang dimaksudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) peranan (role).
Kedudukan merupakan tempat seseorang dalam suatu pola tertentu, dan seseorang dapat memiliki beberapa kedudukan. Ada dua macam kedudukan yang dikembangkan dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut.
a. Ascribed Status, kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
b. Achieved Status, kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seseorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal berikut ini.
a. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat
b. peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
c. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

C. Stratifikasi Masyarakat
Sifat sistem stratifikasi didalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup dan terbuka. Sistem lapisan yang bersifat tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Didalam sistem demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau, bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat daripada sistem yang tertutup.
Sistem tertutup jelas terlihat pada masyarakat india yang berkasta, atau didalam masyarakat yang feodal, atau masyarakat dimana lapisannya bergantung pada perbedaan-perbedaan rasial. Apabila mengamati masyarakat India, sistem lapisan disana sangat kaku dan menjelma dalam diri kasta-kasta. Kasta di India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut.
1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena kewarisan/kelahiran.
2. Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup.
3. Perkawinan bersifat endogam.
4. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
6. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

D. Mobilitas Sosial
Gerak sosial atau mobility social adalah suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Suatu sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Gerak sosial Horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Gerak sosial Vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal yaitu yang naik dan yang turun. Gerak sosial vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
a. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada.
b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai dua bentuk utama yaitu:
a. turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya, dan
b. turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Kedua bentuk tersebut di atas dapat diibaratkan sebagai seorang penumpang kapal laut yang jatuh ke laut, atau sebagai kapal yang tenggelam bersama seluruh penumpangnya atau apabila kapal itu pecah.

LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PENGERTIAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memedulikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern karena setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompok-kelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan. Untuk memberikan suatu batasan dapatlah dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkret lembag kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi.
Sebagai contoh, Universitas merupakan lembaga kemasyarakatan, sedangkan Universitas Indonesia, Universitas Pajajaran, Universitas Gajah Mada, dan lain-lain merupakan contoh asosiasi. Beberapa sosiolog memberikan defini lain. Seperti Robert Maclver dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan asosiasi.
Seorang sosiolog lain, yaitu Sumner yang melihatnya dari sudut kebudayaan, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pentingnya adalah agar ada keteraturan dan integrasi dalam masyarakat.
PROSES PERTUMBUHAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Norma-norma Masyarakat
Supaya hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, dirumuskan norma-norma masyarakat. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu:
• Cara (usage)
lebih menonjol di dalam hubungan antarindividu dalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya takakan mengakibatkan hukuman yang berat akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang di hubunginya.
• Kebiasaan (folksway)
Mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
• Tata Kelakuan (mores)
Mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
• Adat Istiadat (custom)
Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkat kekuatan mengikatnya menjadi custo atau adat istiadat.

SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL (SOCIAL CONTROL)
Di dalam percakapan sehari-hari, sistem pengendalian sosial (social control ) sering kali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparaturnya. Memang ada benarnya bahwa penegndalian sosial berarti suatu pengawasan dari masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. Akan tetapi, arti sebenarnya pengendalian sosial tidaklah terhenti pada pengertian itu saja.
Dengan demikian, penegndalian sosial terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu sistem pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan.
Dari sudut sifatnya dapatlah dikatakan bahwa pengendalian sosial dapat bersifat preventif atau represif, atau bahkan keduan-duanya. Prevensi merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Sementara itu, represif berwujud penjatuhan sanksi terhadap para warga masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku.
Perwujudan penegndalian sosial mungkin adalah pemidanaan, kompensasi, terapi ataupun konsiliasi. Standar atau patokan pemidanaan adalah suatu larangan yang apabila dilangar akan mengakibatkan penderitaan (sanksi negatif) bagi pelanggarnya. Pada kompensasi, standar atau patokannya adalah kewajiban, di mana inisiatif untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan. Berbeda dengan kedua hal di atas, terapi maupun konsiliasi sifatnya remedial, artinya bertujuan mengembalikan situasi pada keadaan semula (yakni sebelum terjadinya perkara atau sengketa).

CIRI-CIRI UMUM LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Gillin dan Gillin di dalam karyanya yang berjudul Generl Features of Social Intitutions, telah menguraikan beberapa ciri umum lembaga kemasyarakatan yaitu sebagai berikut.
1. Lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama.
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan-tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang bersangkutan apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan.
4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai lembaga bersangkutan, seperti bangunan, peralatan, mesin, dan lain sebagainya.
5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas lembaga kemasyarakatan. Lamang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis ataupun yang tak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku, dan lain-lain.

TIPE-TIPE LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Menurut Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Crescive institutions dan enacted institutions merupakan klasifikasi dari sudut perkembanganya. Crescive institutions yang juga disebut lembaga-lembaga paling primer merupakan lembaga-lembaga yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. enacted institutions dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu.
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, timbul klasifikasi atas basic institutions dan subsidiary intitutions.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan approved atau social sanctioned institutions atau unsanctioned institutions . Approved atau social sanctioned institutions merupakan lembaga-lembaga yang diterima masyarakat. Sebaliknya adalah unsanctioned institutions yang ditolak oleh masyarakat, walau masyarakat kadang tidak berhasil memberantasnya.
4. Pembedaan antara general institutions dengan restricted institutions timbul apabila klasifikasi tersebut didasarkan pada faktor penyebarannya.
5. Berdasarkan fungsinya, terdapat pembedaan antara operative institutions dan regulative institutions. Operative institutions berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkuatan. Regulative institutions bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri.

PROSES SOSIOLOGI & INTERAKSI SOSIOLOGI

PENGERTIAN PROSES SOSIAL

Pengetahuan tentang proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat atau gerak masyarakat. Memang tidak dapat disangka bahwa masyarakat mempunyai bentuk-bentuk strukturalnya seperti, kelompok-kelompok kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi, dan kekuasaan, tetapi semuanya itu mempunyai suatu derajat dinamika tertentu yang menyebabkan pola-pola perilaku yang berbeda, tergantung dari masing-masing situasi yang di hadapi. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi dinamisnya di sebabkan karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan lainnnya baik dalam bentuk orang-perorangan maupun kelompok sosial. Sebelum hubungan-hubungan tersebut mempunyai bentuk yang kongkret yang sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat di katakan bahwa proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat di lihat apabila para indivudu dan kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan system serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses social diartikan sebagai pengaruh timbal balik antar berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling bicara atau tidak salin menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang di sebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya.
Interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak masalah di dalam masyarakat. Sebagai contoh di indonesia, dapat di bahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara berbagai suku bangsa, antara golongan-golongan yang disebut mayoritas dan minoritas, dan antara golongan terpelajar dengan golongan agama dan seterusnya. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian di terima oleh pihak lain. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.

BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL

Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerja sama (coorperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).
Tiga pendapat dari tiga tokoh.
• Gillin dan Gillin
Bentuk interaksi adalah;
1. proses asosiatif (akomodasi, asimilasi dan akulturasi);
2. proses yang disosiatif (persaingan, pertentangan)
• Kimball Young
Bentuk interaksi adalah;
1. oposisi (persaingan dan pertentangan);
2. kerja sama yang menghasilkan akomodasi
3. diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, dan pekerjaan)
• Tomatsu Shibutani

Bentuk interaksi adalah;
1. akomodasi dalam situasi rutin;
2. ekspresi pertemuan dan anjuran;
3. interaksi strategis dalam pertentangan;
4. pengembangan perilaku massa;
Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut.
1. Proses-proses yang Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama di sini di maksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
b. Akomodasi (accomodation)
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang di gunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial.
2. Proses Disosiatif
a. Persaingan (competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu massa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian kotraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Bentuk-bentuk kontravensi:
1. Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-lain
2. menyangkan pernyataan orang lain di muka umum
3. melakukan penghasutan
4. berkhianat
5. mengejutkan lawan, dan lain-lain

ILMU PENGETAHUAN DAN SOSIOLOGI

PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN

Secara pendek dapatlah dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya.
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru. Misalnya, adanya tanggapan (dahulu kala) tentang ras kulit putih yang mempunyai tingkat kepandaian yang melebihi tingkat kepandaian ras-ras denagn warna kulit lain. Kepercayaan-kepercayaan tersebut, yang tidak dapat dibuktikan kebenaranya, menimbulkan ketidakpastian, sedangkan pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagi akibat ketidak pastian tersebut.
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis. Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu tadi timbul karena banyak sekali aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia dan manusia ingin mengetahui kebenaran dari kegelapan tersebut.
Pada umumnya, ilmu pengetahuan dapat ditelaah oleh umum, ilmu pengetahuan selalu berkembang. Kalau ilmu pengetahuan yang netral tersebut sudah diterima oleh umum, ilmu pengetahuan tadi harus ditujukan pada suatu sasaran tertentu, misalnya, masyarakat manusia, gejala-gejala alam, perwujudan-perwujudan kegiatan rohaniah, dan seterusnya.
Dari sudut penerapanya, maka biasanya dibedakan antara ilmu pengetahuan murni dengan ilmu pengetahuan yang diterapkan. Lmu pengetahuan murni terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, yaitu untuk mempertinggi mutunya. Ilmu pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di dalam masyarakat dengan maksud untuk membantu masyarakat di dalam mengatasi maslah-masalah yang dihadapinya.

PENGERTIAN SOSIOLOGI

Beberapa pengertian sosiologi sebagai berikut:
a. Pitirim Sorokin mengetakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
• Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial.
• Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial
• Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial
b. Roucek dan Waren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
c. William f. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
d. J.A.A. van Doorn dan C.J Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat labil.
e. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-prose sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Sebagai kesimpulan, sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat umum.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut.
a. Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi tehadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif
b. Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi
c. Sosiologi bersifat kumulatif yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, meperluas serta memperhalus teori-teori yang lama
d. Sosiologi bersifat nonetis, yakni yang dipersoalkan bukanlah buruk-baiknya fakta tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis

OBJEK SOSIOLOGI

Sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Agak sukar untuk memberikan suatu batasan tentang masyarakat karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup berbagai faktor sehingga kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, masih ada juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya.
Masyarakat adalah:
1. manusia yang hidup bersama (minimal 2 orang)
2. bercampur dalam waktu yang sama
3. sadar merupakan suatu kesatuan
4. merupakan suatu sistem hidup bersama
Manusia senantiasa mempunyai naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Apabila di bandingkan dengan makhluk hidup lain seperti hewan, misalnya, manusia tidak akan mungkin hidup sendiri. Semenjak di lahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawan sehingga dia disebut social animal. Sebagai social animal manusia mempunyai naluri yang disebut gregariousness. Pada hubungan antara manusia dengan sesamanya, aganya yang penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat adanya hubungan tadi.
Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan ke dua lingkungan, yakni lingkungan sosial dan lingkungan alam, manusia mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Selain itu, dalam menyerasikan diri dengan lingkungan-lingkungan tersebut manusia senantiasa hidup dengan sesamanya untuk menyempurnakan dan memperluas sikap tindaknya agar tercapai kedamaian dengan lingkungannya
Dengan demikian, suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif, masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan tentunya juga untuk dapat bertahan. Namun, disamping itu, masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat itu dapat hidup terus.